Podcast Bawaslu Kudus: Alumni P2P Bergerak, Demokrasi Menguat
|
Bawaslu Kudus News – Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten Kudus kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat pendidikan politik masyarakat. Melalui sebuah program Podcast Bawaslu Kudus yang mengangkat tema “Jejaring Alumni, Kekuatan Rakyat Untuk Demokrasi”, Bawaslu menghadirkan tokoh-tokoh muda inspiratif untuk berbagi pandangan dan pengalaman dalam menjaga serta mengawal proses demokrasi.
Acara yang digelar pada Rabu (17/9/2025) di Kantor Bawaslu Kudus itu menghadirkan tiga bintang tamu, yaitu Zamharirul Faizin, Muhammad Mujahwirul Ilma, dan Muhammad Mukhlis. Ketiganya merupakan alumni Pendidikan Pengawas Partisipatif (P2P). Mereka berbagi cerita mengenai perjalanan mereka dalam mengawal pemilu serta tantangan yang dihadapi, baik dari sisi teknis maupun dinamika sosial-politik di masyarakat.
Acara dipandu oleh Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Hubungan Masyarakat Bawaslu Kudus, Naily Faila Saufa. Ia menjelaskan bahwa diskusi kali ini ditujukan untuk menggali peran alumni dalam memperkuat demokrasi di kalangan anak muda.
“Hari ini kita akan bincang-bincang seputar jejaring alumni, kekuatan rakyat untuk demokrasi, bersama tiga tamu spesial,” ujarnya membuka acara.
Dalam sesi awal, Muhammad Mukhlis menceritakan motivasinya mengikuti Sekolah Kader Pengawas Partisipatif (SKPP) pada tahun 2021 dan Pendidikan Pengawas Partisipatif (P2P) pada tahun 2025. Ia menyebut keterlibatannya sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Ia mengatakan bahwa Bawaslu tidak mungkin bekerja sendirian sehingga butuh peran masyarakat dan alumni. “Sederhana saja, ini bentuk pengabdian kepada masyarakat. Bawaslu tidak bisa jalan sendiri, maka saya ikut membantu sebagai mata dan telinganya,” jelas Mukhlis.
Sementara itu, Muhammad Mujahwirul Ilma mengungkapkan bahwa niatnya bergabung dengan program tersebut lahir dari keinginan untuk mewujudkan pemilu yang murni.
Ia menekankan bahwa politik uang masih menjadi masalah yang harus dilawan. “Saya terjun karena ingin hasil pemilu murni dari pemikiran rakyat, bukan karena politik uang. Minimal pilihan saya harus benar-benar lahir dari kesadaran, bukan pemberian,” kata Ilma.
Sedangkan Zamharirul Faizin menuturkan bahwa ia termotivasi karena ingin menjadi bagian dari edukasi masyarakat. Menurutnya, masih banyak warga yang belum memahami mekanisme pengawasan pemilu.
“Motivasi saya karena minat di pengawasan partisipatif. Saya ingin mengedukasi masyarakat, sebab banyak pelanggaran pemilu yang tidak bisa langsung ditindak, tapi perlu dipahami oleh masyarakat,” ungkap Faizin.
Pembicaraan kemudian beralih pada tantangan yang dihadapi para alumni di lapangan. Mukhlis menyoroti pentingnya penguasaan media sosial sebagai sarana baru dalam pengawasan demokrasi.
Ia menegaskan bahwa strategi pengawasan harus menyesuaikan perkembangan zaman. “Pengawasan tidak cukup face to face. Kita juga harus menguasai algoritma media sosial, karena hari ini pengaruh media sangat besar dalam politik,” tegasnya.
Di sisi lain, Ilma, menyoroti masalah pelaporan pelanggaran yang masih sering terkendala. Menurutnya, masyarakat sering kali enggan melapor karena takut menjadi musuh tetangga.
“Masyarakat sering takut melapor karena khawatir jadi musuh tetangga. Padahal laporan ke Bawaslu bisa dengan identitas dirahasiakan, cukup sebagai bukti awal saja,” jelasnya.
Faizin menambahkan bahwa tantangan besar ke depan adalah menjangkau pemilih generasi muda, terutama Gen Z, yang akan mendominasi pemilu 2029.
“Gen Z akan jadi pemilih terbesar di 2029. Sosialisasi harus lebih gencar di media sosial agar mereka tidak terjebak pada informasi yang menyesatkan,” ujarnya.
Ketiga narasumber sepakat bahwa jejaring alumni harus terus bergerak dan berdampak, sesuai dengan jargon P2P 2025. Mereka berharap alumni bisa menjadi agen perubahan sekaligus mitra strategis Bawaslu dalam menjaga demokrasi.
Naily Faila Saufa menutup perbincangan dengan menegaskan pentingnya sinergi antara Bawaslu dan alumni. Ia menyampaikan bahwa keberadaan alumni menjadi kekuatan baru dalam memperluas jangkauan pengawasan partisipatif.
“Kami di Bawaslu berusaha maksimal, tetapi tentu butuh dukungan dari teman-teman alumni. Dengan jejaring ini, kita bisa bersama-sama mengawal demokrasi agar lebih baik,” pungkasnya.
Podcast Bawaslu Kudus kali ini tidak hanya menjadi ruang berbagi cerita, tetapi juga wadah refleksi bersama tentang bagaimana demokrasi dapat dijaga oleh rakyat sendiri melalui jejaring alumni. [*]
Penulis: Desi
Foto: Rosid
Editor: Tim Humas Bawaslu Kudus